Jumat, 05 November 2010

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


A.    Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah "filsafaf'berasal dari bahasa yunani "philein" artinya "cinta" dan "sophos" artinya "hikmah" atau "kebijaksanaan". Jadi mengandung makna cinta kebijaksanaan. Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:
Pertama Filsafat sebagai produk yang mencakup pngerian,
a)  Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep pemikiran - pemikiran dari para filosof pada  zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem filsafat tertentu, misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme,dll.
b)  Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dan aktifitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber pada akal manusia.
Kedua: Filsafat sebagai suatu proses, yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Adapun cabang - cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut:
1.      Metafisika, yang membahas tentang hal - hal yang bereksistensi dibalik fisis, yang meliputi  bidang ontologi, kosmologi, dan antropologi.
2.   Epistemologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
3.   Metodologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode ilmu pengetahuan.
4.   Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus -rumus
            dan dalil - dalil berfikir yang benar
5. Etika, yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika, yang berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.

B.     Rumusan Kesatuan Sila - sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan bagian - bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem memiliki ciri - ciri sebagai berikut:
1. Suatu kesatuan bagian - bagian.
2. Bagian - bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri - sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (shore and voice. 1974).
Pancasila yang terdiri atas bagian - bagian yaitu Sila - sila Pancasila setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri - sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
C. Kesatuan Sila - sila Pancasila Sebagai Suatu sistem Filsafat
Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar :
·         Dasar antropologis Sila - sila Pancasila
Dasar antologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis. Manusia pendukung pokok sila - sila Pancasila secara ontologis memiliki hal - hal mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa j asmani dan rokhani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
·         Dasar epistemologis Sila - sila Pancasila
Suatu ideologi maka Pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dari pendukungnya yaitu : 1.Logos yaitu rasionalitas atau penalarannya, 2.Pathos yaitu penghayatan, dan 3.Ethos yaitu kesusilaanya (Wibisono, 1963:3).
Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemology yaitu :
Sumber pengetahuan manusia, Teori kebenaran pengetahuan manusia, Watak pengetahuan manusia

·         Dasar Aksiologis Sila - sila Pancasila
Sila - sila sebagai sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya
sehingga nilai yang terkandung didalamnya juga merupakan satu kesatuan.
Max Sheler
Max Sheler menggolongkan nilai menurut tinggi rendahnya yaitu :
1. Nilai - nilai kenikmatan yaitu nilai yang berkaitan dengan indra manusia.
2. Nilai - nilai kehidupan yaitu nilai - nilai yang penting bagi kehidupan manusia.
3. Nilai - nilai kejiwaan dalam tingkatan ini terdapat nilai - nilai kejiwaan (geistige werte)     
    yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani ataupun lingkungan.

Menurut Notonagoro nilai dibedakan menjadi tiga antara lain :
·         Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
·         Nilai vital yaitu segala ssuatu yang berguna bagi manusia unntuk mengadakan suatu   
    aktifitas atau kegiatan.
·         Nilai - nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rokhani manusia.

D. Kesatuan sila-sila sebagai suatu sistem filsafat
Kesatuan sila-sila pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari sila-sila pancasila. Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila pancasila adalah bersifat hierarkhis dan mempunyai bentuk pyramidal, digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhis sila-sila pancasila dalam urut-urutan luas ( kuantitas) dan dalam pengertian inilah hubungan kesatuan sila-sila pancasila itu dalam arti formal logis. Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang menyangkut sila-silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar dari sila-sila pancasila atau secara filosofis merupakan dasar ontologis sila-sila pancasila. Hubungan kesesuaian antara negara dengan landasan sila-sila pancasila adalah berupa hubungan sebab-akibat yaitu negara sebagai pendukung hubungan dan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan. Landasan sila-sila pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai sebab adapun negara sebagai akibat.

E. Nilai-nilai pancasila sebagai suatu sistem
            Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila merupakan suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila pancasila pada hakikatnya merupakan satu kesatuan. Meskipun dalam urain berikut ini menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila, namun kesemuanya itu tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan sila-sila lainnya.
            Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintahan negara hukum dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
            Sila kemanusiaan yang adl dan beradap secara sistematis didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjwai ketiga sila berikutnya. Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kewarganegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis bahwa hakikat manusia asalah susunan kodrat rokhani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi  berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
            Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradap serta mendasari dan dijiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
            Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilandidasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradap serta Persatuan Indonesia dan mendasari serta menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
         
Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradap serta Persatuan Indonesia serta sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan didasari. Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka di dalam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat      keadilan kemanusian yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar